Sabtu, 24 November 2018

Eksistensi Dakwah Pada Generasi Millenial

Eksistensi  Dakwah Pada Generasi Millenial
Oleh Nur Fadilah

Sebuah ungkapan yang tidak asing lagi di tengah-tengah masyarakat. Kata “millenial” menjadi booming pada saat ini, menunjukkan modernisasi di dunia menjadi hal yang konsumtif. Bagaimana tidak? Anak muda sangat kenal dengan dunia canggih dibandingkan orang tuanya. Mulai dari internet yang menjadi rujukan setiap masalah, youtube yang sudah menjadi tontonan biasa,  facebook yang masih hangat digunakan, dan Instagram yang menjadi salah satu sumber informasi terkait dunia entertainment. Sehingga gadget yang hampir setiap hari digunakan dalam kehidupan sehari-hari menjadi kebutuhan primer di kalangan remaja. 
Perubahan dunia sangat berpengaruh dengan gaya hidup seseorang. Dahulu, para salafus shalih sangat semangat dalam belajar agama kepada para Syaikh. Meskipun jarak antara rumah dengan Syaikh sangat jauh hingga berpuluh-puluh kilometer, para salafus shalih tetap semangat untuk mencari setetes ilmu itu. Pribadi yang kuat, sabar, dan semangat terlahir pada dirinya. Sehingga, tidak heran jika Rasulullah saw. mendoakan para sahabatnya menjadi ‘alim ‘ulama karena keshalihannya. Semua ilmu yang mereka dapatkan menjadi bekal dakwah untuk ummat dan generasi masa yang akan datang. Bahkan ketika Rasulullah saw. berdakwah, rasul selalu mengingatkan kepada para sahabat untuk menyampaikan sedikit banyaknya ilmu yang didapatkan dalam majelis. Rasulullah saw. bersabda, “Sampaikan apa yang (kamu terima) dari padaku walaupun satu ayat”. Hadis ini menjadi penyemangat anak muda bahwa menyampaikan sebuah kebaikan tidak hanya dibebankan kepada Da’i - Da’iyah , namun terlebih kepada semua orang.
Sementara itu, dakwah kadang dipahami  dalam arti sempit. Menurut Prof. Dr. H. Syukur Kholil, MA dalam bukunya yang berjudul “Komunikasi Islam dan Tantangan Modernitas”, dakwah adalah ceramah atau pidato di atas mimbar, Ceramah merupakan salah satu bentuk dari dakwah yang memiliki pengertian lebih luas. Secara etimologi, pengertian dakwah berasal dari kata “da’a. yad’u, da’watan” yang berarti memanggil, mengajak dan menyeru. Secara istilah, Syekh Ali Mahfuzh berpendapat bahwa dakwah adalah mendorong manusia agar memperbuat kebajikan dan menurut petunjuk, menyuruh mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari berbuat munkar agar dapat kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dakwah hukumnya adalah wajib. Dalam menyampaikan dakwah, seseorang tidak hanya berdiri di atas mimbar. Terlebih lagi untuk generasi millenial, dakwah dapat disampaikan melalui sentuhan pada teknologi. Bahkan , melalui gadget pun bisa berdakwah. Jika dibandingkan dengan masa dahulu, dakwah masa kini lebih mudah disampaikan ke orang banyak bahkan dalam waktu yang singkat. Kecanggihan teknologi sudah seharusnya memberi peluang seseorang untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada keburukan. Bukan sebaliknya, malah menjadi propaganda atau provokasi kelompok tertentu yang mengakibatkan timbulnya masalah dan perpecahan di tengah-tengah masyarakat.
Segala aspek kehidupan berkembang searah dengan zamannya. Pendidikan, sosial, budaya, dan agama menjadi aspek konkret dalam sebuah pandangan.  Pendidikan yang baik ialah yang membutuhkan tenaga, waktu , pikiran yang matang sehingga hasilnya pun maksimal. Interaksi sosial lebih terkesan di dunia nyata dibandingkan duduk bersebelahan, namun seakan-akan berbeda dunia sebab sibuk dengan gadgetnya. Budaya adat yang menjadi kontrol sosial seakan telah ditinggalkan oleh masyarakat muda. Mereka lebih mengedepankan rasionalisme dan egoisme dalam menyikapi sesuatu. Ketika paham mereka tidak sampai maka emosi yang akan mencuat kepermukaan. Kemarahan, makian, aksi brutal menjadi tontonan lumrah saat ini. Nilai-nilai keislaman yang selama ini menjadi kebanggaan umat Islam perlahan diracuni oleh pemikiran-pemikiran yang bertujuan menyesatkan umat. Kata-kata modern dijadikan sebagai dalih,gadget sedangkan agama dipandang kolot alias ketinggalan zaman. Modern diakui ketika manusia mampu menyandinginya dengan orang barat. Modern diakui ketika manusia mampu bersikap seperti yang dilakukan orang banyak, namun lupa kepada apa yang disyariatkan. Modern diakui ketika si kaya melupakan si miskin beserta haknya. Sehingga pada masa ini khususnya anak muda, keberadaan dakwah sangat genting, terutama pada moral anak muda dan penting untuk direnungkan.
Keberadaan dakwah merupakan pondasi untuk tetap mengukuhkan diri dalam keislaman. Orang yang mampu dan mau berdakwah adalah umat terbaik. Sebagaimana Allah janjikan dalam surah Ali Imran ayat 110 yang artinya, “Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah….”. Menurut tafsir Ibnu Katsir, dikatakan oleh Ibnu Abbas Mujahid, Atiyyah al-Aufi, Ikrimah, Ata dan Ar-Rabi’ ibn Anas. Kalian adalah umat yang terbaik yakni dilahirkan untuk manusia (Ali Imran :110). Dengan kata lain, mereka adalah sebaik-baik umat dan manusia yang paling bermanfaat buat umat manusia. Karena itu dalam firman selanjutnya disebutkan menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.
Dakwah adalah segala sesuatu yang membawa manfaat kepada dirinya dan orang lain. Sebagaimana ayat tersebut Allah jelaskan, amar makruf nahi mungkar adalah salah satu ciri umat terbaik. Karena di dalamnya terdapat kemanfaatan untuk umat. Bila kalimat “amar makruf nahi mungkar” dipahami dengan sebaik-baiknya, maka segala keburukan dan kejahatan akan terminimalisir bahkan tercegah. Dan akan semakin banyak orang yang beradab lagi santun, tidak egois, emosional yang tidak terkendali sehingga merugikan orang lain. Tentunya, amar makruf nahi mungkar menjadi eksistensi dakwah itu sendiri. 
Sederhananya, dalam kecanggihan teknologi, generasi millenial dapat menjadi generasi millenial islamiah di saat mereka bisa memanfaatkan peluang untuk menjadi “umat terbaik” itu. Contoh sederhana, update status sholawat lebih bermanfaat daripada status keluh kesah kehidupan, seolah-olah dia yang paling merana. Contoh dakwah sekecil apapun akan terasa bermanfaat dan menjadi ladang pahala untuknya bila memang berniat lillahi ta’ala. Sebagaimana penulis kutip pada pembahasan sebelumnya, bahwa dakwah tidak harus berceramah di atas mimbar. Melainkan dakwah bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, karena dakwah diperuntukkan untuk mereka yang beragama Islam dan dari semua kalangan. Inilah eksistensi dakwah pada generasi millenial yang saat ini sangat haus untuk diterapkan.

Warisan Seliu

  WARISAN SELIU “Bukan tentang pantainya, namun tentang permata yang tersimpan menjadi warisan” – Nur Fadilah Alink berkumpul dengan ria di ...