Sabtu, 22 Februari 2020

SATU PEKAN MENUJU LAUNCHING KOMAR LEARNING CENTER “Sudah seberapa besar perjuangan itu?”

SATU PEKAN MENUJU LAUNCHING
KOMAR LEARNING CENTER
“Sudah seberapa besar perjuangan itu?”

Anak muda adalah anak harapan bangsa. Begitu katanya. Sebutan “Millenial” sangat gencar terdengar akhir-akhir ini. Semenjak para influencer menggaung-gaungkan bahwa “Indonesia butuh anak muda”. Indonesia butuh anak muda yang rebahan secukupnya, berjuang selelahnya (Najwa Shihab). 

Siapa bilang anak muda zaman now tidak peduli dengan perubahan negaranya? Tidak sedikit anak muda yang berani maju untuk tampil menyuarakan haknya, tidak sedikit anak muda yang duduk nongkrong di warung kopi, namun pembahasannya melejit sangat menguras pikiran untuk perubahan masa depan, dan tidak sedikit pula anak muda berkecimpung dalam dunia nyata dari segala aspek, baik pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, bahkan sudah duduk di bangku pemerintahan. Bersyukurlah, anak muda itu adalah kamu.

Mengingat kembali pendidikan yang tiada henti untuk dioptimalisasi, masalah yang terus dihadapi tentang perkembangan pendidikan di Indonesia membuat tergeraknya jiwa untuk ikut terlibat dan melakukan dobrakan baru. Hal ini dapat kita rasakan saat berkunjung di salah satu  TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Kota Medan, yaitu TPA Terjun Marelan. Salah satu TPA yang memiliki rumah pintar untuk anak-anak bahkan orang dewasa yang putus sekolah. Dengan sistem pengambilan paket C, rumah pintar menjadi solusi dalam mengeluarkan ijazah untuk keperluan kerja maupun kelulusan dalam pendidikan formal. 

Namun, pendidikan tidak hanya sebatas “ijazah”. Masyarakat sekitar umumnya bekerja sebagai pemulung, begitu juga anak-anak disana lebih memilih mendapatkan uang untuk bisa sekolah. Padahal, pendidikan juga mengajarkan agar kita memiliki skill yang mampu mendorong perkembangan pendidikan itu sendiri.

Beranjak dari masalah tersebut, Komunitas Arrahman (Komar) yang terdiri dari pemuda-pemudi Kota Medan dan sekitarnya tergerak untuk dapat membantu kemajuan pendidikan dengan pelatihan skill untuk anak dan wawasan luas demi cita-cita yang diimpikan. Melalui Komar Learning Center (KLC) , program akan fokus dalam kegiatan belajar-mengajar yang kreatif, inovatif dan inspiratif dalam jangka waktu 6 bulan sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) yang ke-4 yaitu Pendidikan Berkualitas.

Survei Lokasi KLC di Rumah Pintar TPA Terjun Marelan

Seminggu sebelum Launching KLC, para relawan mengikuti Training for Trainee pada Sabtu, 22 Februari 2020 di VIP Room Mie Ayam H.Mahmud. Dalam kesempatan ini, relawan dibekali dengan konsep dasar volunteer mencakup leadership yang dibawakan oleh Ketua Komar, M. Al Haris Shihab dan Volunteerism and Development of Motivation for Children yang dibawakan oleh Kak Rizky Nasution, salah satu tokoh muda inspiratif Anak Medan. Wow seru banget pastinya.

ToT KLC di VIP Room Mie Ayam Jamur Mahmud
Pembekalan dasar leadership mengajarkan kita agar senantiasa memiliki Akhlak dan Taqwa terlebih dahulu. Karena ketika seseorang diberi amanah, maka pertanggungjawaban selalu menjadi tagihannya. Tak luput pula, seorang leader harus cerdas dalam Emosional dan Intelektual. Tentu ini menjadi tolak ukur keberhasilan pemimpin dong yaa.

Dalam ToT kali ini, kak Rizky juga mengingatkan dalam pesannya, “ Sering kali Relawan diartikan dalam kacamata lahiriah saja yaitu seseorang yang rela berbagi waktu, tenaga, pikiran bahkan harta benda. Relawan seringkali LUPA dalam rela berbagi bathiniyahnya." 
Membahas tentang bathiniyah, terdapat beberapa sikap dan rasa yang juga harus dimiliki seorang relawan, berikut ulasannya.

Pertama, rasa KEPEMILIKAN. Tentu rasa ini menjadi bagian terpenting untuk seorang relawan. Hindari segala macam yang berbau “kepentingan” karena ini dapat merusak dunia kerelawananmu.

Kedua, ikatan SILATURRAHIM. Pada tahap selanjutnya, hubungan akan semakin erat ketika dapat menjaga persaudaraan, apalagi sudah mendedikasikan diri sejak awal bergabung karena memiliki visi dan misi yang sama. Jangan sampai konflik pribadi menjadi konflik sebuah komunitas, tentu akan mengganggu perkembangan komunitas itu sendiri.

Ketiga, rasa EMPATI. Tidak perlu dihiraukan lagi, seseorang tergabung menjadi relawan sebab karena empatinya yang tinggi. Namun rasa ini mesti dijaga seperti rasa kita (ehhh) agar tidak timbul yang namanya PERHITUNGAN.

Keempat, mungkin sudah terjawab semua ya bathiniyahnya. Namun ada yang lebih urgent lagi sebagai pelengkapnya nih. IDE. Seringkali ide seorang teman menjadi SAMPAH baginya, dan merasa idenya lebih baik. Padahal, tidak ada IDE yang SALAH. Karakter ini juga ditanamkan kak Rizky bahwa “Tidak ada ide yang salah. Yang salah itu tidak memberi ide”. Suatu kelompok akan maju dan berkembang ketika ide-ide itu muncul dari anggotanya meskipun ide itu sama sekali belum pernah didengar. Jangan takut untuk mencobanya, karena Penyakit anak muda sekarang, malu dan minder menuangkan ide karena khawatir hanya menjadi “SAMPAH”. Ia lupa bahwa idenya itu dapat menjadi “MUTIARA” ketika terealisasi dengan baik.
Kepekaan terhadap apapun yang terjadi, haruslah dimiliki oleh anak muda. Karena dimulai dari kepekaanlah, hatinya tergerak untuk melakukan perubahan.

Mohon doanya agar usaha demi usaha dapat berjalan dengan baik dan lancer. Manusia hanya bisa berencana namun Allah yang menentukan. Tawakkal lah setelah ikhtiarmu telah sempurna.

KOMAR #CerdasdanMencerdaskan
Salam Penulis,
Nuurfadhiilah

Warisan Seliu

  WARISAN SELIU “Bukan tentang pantainya, namun tentang permata yang tersimpan menjadi warisan” – Nur Fadilah Alink berkumpul dengan ria di ...