Minggu, 25 Oktober 2020

Warisan Seliu

 WARISAN SELIU


“Bukan tentang pantainya, namun tentang permata yang tersimpan menjadi warisan” – Nur Fadilah


Alink berkumpul dengan ria di pinggiran Teluk Gembira. Saat itu saling mencari beberapa teman yang satu sekelompok dengannya, sebab belum pernah bertemu sebelumnya. Sore terik menyinari pinggiran pantai, sebelum kapal datang menjemput para delegasi, alink menyempatkan diri untuk merapat bersama teman-teman, membahas kelanjutan dari perencanaan yang telah matang sebelum sampai di Pulau Seliu.

Tidak lama, kapal datang mendekat. Barang-barang mulai di angkat satu per satu menuju kapal. Sambil memandang langit biru dan lautan luas, hati mulai bergumam. Seliu, kami datang.

Perjalanan dari Teluk Gembira menuju Seliu tidak terlalu jauh. Hanya dalam waktu kurang dari 30 menit, dua kapal delegasi sampai di Liu-Liu alias Pulau Seliu. Perlahan-lahan turun dan berjalan masuk ke pintu gerbang “Selamat Datang”. Namun, di masa pandemi ini, di samping kami telah membawa surat rapid test, pemerintah setempat telah menyiapkan sabun cuci tangan dan pengecek suhu tubuh yang harus dilakukan terlebih dahulu. Dengan menjaga jarak, alink dan teman-teman mengantri cukup panjang dengan sambutan warga desa yang cukup antusias, meski terbatas dikarenakan kondisi yang dapat dimaklumi.

Tak disangka, pulau yang terletak di bagian Utara kota Jakarta ini, telah kami sentuh setelah 45 menit penerbangan ditambah perjalanan darat dan laut. Wah… sudah seperti ninja hatori, mendaki gunung lewati lembah. Begitu katanya.

Warga desa yang ramah dan dermawan, mulai menyahut sepanjang perjalanan menuju kantor balai desa. Bahkan, salah seorang ibu sudah menawarkan makanan khas Palembang, ya mpek-mpek. Seliu adalah pulau kecil, sebelah Barat Daya Belitung yang beribukota Bangka Belitung. Pulau ini merupakan pemekaran dari Sumatera Selatan yang kini telah berdiri sendiri. Budaya Melayu sangat dirasakan sehingga pengunjung merasa terhormati dengan sambutan warga disini.

Hari sudah petang, kini saatnya kami istirahat sejenak di penginapan yang telah disediakan. Karena mulai malam hari, program pengabdian ini akan dimulai. 

Susur Pulau

Indonesia memang patut dicintai. Keindahannya tidak ada bandingan dengan apapun, kekayaannya berlimpah ruah, dan kesatuannya adalah sebuah kekuatan. Pulau Seliu dengan luas 1.530 hektar dihuni kurang lebih 1.148 jiwa, menjadi destinasi yang indah bagi wisatawan. Bahkan pemerintah setempat mulai menggaungkan diri untuk membuka mata para pengunjung dan melihat keindahan alam di dalamnya. Mulai dari wisata bahari yang mayoritas pencahariannya adalah nelayan. Namun desa ini juga memiliki pertanian. Danau purun yang menjadi ikon unik dan penuh sejarah, pernah dijajah jepang dan menanam padi disana, yang kini menjadi destinasi purun resort. Kurang lebih luasnya 62 hektar, kami lewati jembatan yang kokoh untuk dapat berjalan ke tengah danau purun sepanjang 400 meter. 

Pagi itu, Alink dan teman-teman mulai melakukan social maping untuk memberdayakan program yang telah dicanangkan. Ini adalah hari kedua kami disini. Desa ini cukup bersih dan tertata rapi. Bahkan ketika pertama kami sampai disini, alink sudah melirik sepanjang jalan. Sungguh mengagumkan, tidak ada sampah satu pun yang terlihat. Bahkan tempat sampah juga sudah terpisah antara organik dan anorganik. Tetapi Alink harus mencari lebih jauh lagi, karena program ecobrick akan menjadi produk terbaru di pulau ini. 

Tiba-tiba dikejauhan, alink melihat anak-anak ramai bermain di Sekolah Taman Kanak-Kanak. Mulai berjalan cepat, dan menghampiri mereka. Desa terlihat sepi, mungkin karena warga stay at home di masa pandemi ini. Namun, kami sangat bersyukur, masih banyak anak-anak yang bermain dengan cerianya. Raut wajah mereka gembira, seolah-olah bertemu kakak baru. Kami pendatang disini, tetapi sudah menganggap mereka selayaknya adik sendiri. 

Sembari melakukan social maping, kami mengutip beberapa sampah untuk bahan ecobrick. Tidak lupa juga, anak-anak diajak untuk ikut melakukan susur pulau, agar sampah yang dikumpulkan lebih banyak lagi. Akhirnya, sepakat. Siang ini alink ditemani anak-anak untuk melakukan susur pulau. Senang sekali rasanya.

Siang harinya, anak-anak sudah menunggu. Alink menyiapkan beberapa trash bag dan mulai konsolidasi. Menyusuri pulau indah yang masih asri ini, dengan udara yang sejuk di tengah-tengah hutan yang masih berpenghuni beberapa rumah dan ditemani sorak anak-anak menyanyikan “kepice”. 

Kepice kepice.. ade jeramba Gede.

Aik Gemuro… aik gemuro.. be bue... bue…

Musim ujan banyak ikan kecik

Terkenal e name e cempedik

Ukan linggang, ukan juak kelik

Nasik sepinggan nak mubo agik.

Belitung yang kaya akan timah ini, mengingatkan bahwa Indonesia pernah terjajah bangsa Belanda, sehingga penjajah membangun bendungan “pice” untuk dapat menambang timah dihulu sungai. Anak-anak sangat hapal, ketika ditanya lagu favorit, mereka langsung menyanyikan lagu “kepice”. 

Tidak terasa hari mulai petang, dan saatnya kembali ke penginapan. Cukup menyenangkan, bertemu warga dengan kesehariannya dan anak-anak yang ceria dan gembira. Teman-teman alink juga sudah di penginapan untuk beristirahat dan menyiapkan agenda esok hari.

Biopori Solusi Sampah Organik

Pengolahan sampah yang tidak ada habisnya, karena manusia dapat menghasilkan satu kilogram sampah setiap harinya. Termasuk pulau ini, yang sangat berpotensi untuk pengolahan sampah lebih bermanfaat.

Pagi itu, alink segera mendatangi rumah warga yang sebelumnya telah ditinjau untuk membuat lubang biopori. Lubang biopori berguna untuk resapan air, dan dapat menghasilkan pupuk dari sampah organik yang ditanam pada lubang sedalam kurang lebih 1 meter. Pak Yanto, pengepul ikan yang menjadi sasaran kami. Juga kamar mandi umum dan rumah Kak Susan yang menjadi posko makan siang para delegasi. Sekitar 5 biopori telah ditanam. 

Ketika alink mengerjakan proyek biopori di rumah Pak Yanto, tanpa berpikir panjang, Pak Yanto mengundang alink untuk makan malam dirumahnya. Alangkah senangnya alink, mendapatkan keluarga baru disana. Setelah biopori selesai, segera kami mengabari teman-teman alink lainnya.


Main ke dermaga

Waktu terus berjalan, azan zuhur berkumandang. Alink segera bersiap melanjutkan proyek ecobrick dari sampah yang telah terkumpulkan. Ecobrick adalah bentuk inovasi pengolahan sampah anorganik yang dapat dijadikan kursi, meja, sofa dan lain sebagainya sesuai banyaknya botol plastik yang dimanfaatkan. Jika ini diberdayakan, maka akan bernilai ekonomis hingga jutaan rupiah.

  


Teman-teman alink mulai menuju dermaga. Di dekat dermaga, anak pondok kecil yang menjadi tempat kami melakukan ecobrick. Ternyata ibu-ibu sudah berkumpul dan alink memulai proyeknya. 

Dengan semangat, alink dan ibu-ibu memasukkan sampah anorganik ke dalam botol plastik. Satu per satu sampah digunting agar mudah memasukkannya. Tiupan angin laut membuat kenyamanan semakin bertambah. Kini, alink lebih semangat mengerjakannya, dan akhirnya selesai satu bangku yang terbuat dari ecobrick.

Menjelang sore hari, beberapa teman Alink menyiapkan perkakas untuk kerajinan tangan dari botol bekas bersama anak-anak. Kali ini lebih dekat ke dermaga. Pondok yang cukup luas menampung anak-anak dalam berkreasi. Dengan sesuka hatinya mereka menghiasi botol untuk dijadikan celengan agar dapat menabung. Setelah selesai, celengan yang telah dicat dikumpulkan dan dijemur agar cepat kering. Siapa sangka, hasil karya tangan mungil ini beragam. Ada yang menghiasinya dengan gambar sendiri dan ada juga yang menggunakan manik-manik. Anak-anak memang luar biasa, selain dengan imajinasi yang tinggi, juga perlu pendampingan, bukan? Selepas dari itu, anak-anak mengajak ke pantai untuk menikmati sunset dan menyeburkan diri ke pantai. Sungguh menyenangkan, rasanya tidak ingin pulang hehe.

Bukan pertunjukan biasa

Negeri laskar pelangi memang wonderfull. Mimpi-mimpi adalah kunci untuk menaklukkan dunia. Dan mimpi-mimpi itu ada di dalam diri kita masing-masing. Ketika sudah bermimpi, jangan tidur lagi, tetapi segera menciptakan sebuah kenyataan. Karena kita tidak tahu, mimpi mana yang dapat mengubah dunia.

Tidak terasa, hari ini adalah hari ketiga menjalankan proyek kebaikan. Beberapa delegasi telah sibuk menyiapkan pentas kecil di depan kantor balai desa. Tari-tarian dan pertunjukkan akan dinikmati malam ini, malam dimana kami pamitan dengan warga desa Seliu. 

Termasuk alink, yang harus menyiapkan proposal bioporinya. Setelah bergadang semalaman, akhirnya siang ini proposal akan disampaikan di hadapan perangkat desa. Berharap proposal ini dapat diterima kepala desa, sebagai bagian kecil cita-cita kami dalam menjadi Liu-Liu sebagai desa percontohan untuk desa pulau lain. Desa yang tidak hanya asri dan indah, namun memiliki banyak kekayaan industri, pangan, dan dedikasi untuk para pelancong. Desa yang menjadi panutan, sebagai pembangunan terbaik dimasa yang akan datang. Harapan kecil ini, menjadi tekad setiap delegasi dari berbagai bidang. Kini, alink berada di dalam ruangan bersama perangkat desa yang siap mendengarkan pengajuan dari kami.

Tak disangka, setelah presentasi berakhir, alink membuka sesi pertanyaan untuk audiens yang hadir. Sekian detik, tidak ada yang bertanya. Tiba-tiba seseorang mengacungkan tangan dan mengutarakan maksudnya. Kami mengira ia akan melontarkan pertanyaan, ternyata beliau meminta untuk dibuatkan satu lubang biopori di rumahnya. Betapa senangnya alink. Tidak lama kemudian, pak sekdes berbicara. Alhamdulillah, secara keseluruhan, proposal kami diterima dan akan ditindaklanjuti oleh perangkat desa untuk menciptakan one house one biopori. Rasa haru menyelimuti diri alink-“anak lingkungan”.  Hari terakhir yang menjadi goals kami, kini diterima dengan lapang hati. Tidak henti-hentinya bersyukur dan berterima kasih.

Matahari telah di ufuk Barat, malam Gradasi akan segera dimulai. Alink menampilkan pertunjukkan untuk menghibur masyarakat. Tidak lebih dari tiga kali, alink berlatih semampu dan semaksimal mungkin. Puisi Taufik Ismail menjadi konteks utama, ditambah lakon yang dilakukan alink akan menghidupkan suasana menjadi lebih menegangkan. Visualiasi puisi yang sangat bermakna untuk mengingat dan membaca perubahan alam yang dibuat oleh tangan-tangan manusia itu sendiri. Kerusakan alam terjadi akibat ulah manusia. Tuhan marah, ketika manusia secara sadar tidak menjaga lingkungan dan alam ini.

Tidak ada yang lebih berkesan di malam itu. Segala usaha dan upaya telah tertumpah dan berhasil menyenangkan masyarakat. Pertunjukan demi pertunjukan dari anak muda lokal maupun dari delegasi, telah tampil cukup memukau. Isak tangis terdengar dari mama yang selama ini memberi kasih sayang terbaik hingga hari ini. Dengan peluk yang erat dan ucapan maaf-terima kasih menjadi saksi bahwa anak muda harus tetap berkarya. Tuhan sangat baik, telah memberi kesempatan untuk bertemu keluarga Seliu, yang memberikan pengalaman dan pelajaran yang cukup berharga. Kami berharap ini bukan yang pertama dan terakhir. 

Seliu, tidak hanya menceritakan pasir putih Tanjung Marang Bulo yang terbentang luas pinggiran pantai. Tidak hanya mengisahkan ikan dan kepiting rajungan yang disantap setiap hari. Tidak hanya batu granit yang menopang ombak laut untuk menikmati sunset di sore hari. Namun seliu, lebih dari itu. Seliu yang memiliki anak-anak yang merupakan aset terbaik bangsa. Seliu yang memiliki home industry dengan kualitas yang bersaing secara global. Seliu yang memiliki wisata bahari, tidak hanya perikanan namun juga pertanian di dalamnya. Seliu yang akan menjadi Pulau percontohan untuk pulau-pulau lainnya. 

Seliu, kepingan laskar pelangi, permata yang tersembunyi, warisan terbaik negeri.

Rabu, 22 April 2020

REFLEKSI ALAM BAWAH SADAR MANUSIA Hari Bumi Internasional

REFLEKSI ALAM BAWAH SADAR MANUSIA
Hari Bumi Internasional
Oleh : Nur Fadilah

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (Terjemahan Q.S.Ar-Rum/30:41)


Tidak ada henti-hentinya alam mengingatkan kepada manusia, bahwa “alam tidak sedang baik-baik saja”. Tepat hari ini, 22 April 2020, kita memperingati Hari Bumi Internasional. Sebuah agenda tahunan dunia yang ditetapkan PBB untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap Bumi, terutama kesadaran akan lingkungan. Biasanya, aktivis lingkungan akan melakukan kegiatan “sadar lingkungan” dengan melibatkan pemuda-pemudi dalam event-event kreatif serta inspiratif. Namun, hari ini sangat berbeda. Hari Bumi tahun ini terjadi saat Bumi sedang berusaha menyadarkan manusia. Ujian yang diberikan Tuhan sebagai peringatan, terjadi di seantero penjuru bumi. Dan akan berakhir jika manusia Benar-Benar Sadar dengan lingkungan sekitarnya.

Lebih dari 100 (Seratus) ayat Al-Qur’an memerintahkan agar manusia berfikir. “Afalaa ta’qiluun” , “afalaa tatadabbaruun”, “afalaa tatafakkaruun” beberapa potongan ayat yang menjadi renungan manusia untuk mengembalikan kodratnya, yakni berfikir.

Ingatkah kita, ketika masih duduk di Sekolah Dasar, dengan kecerdikan kita, menyimpan sampah di tas teman? Atau meraut pensil di laci teman, sedangkan laci kita sangat bersih dan rapi. Pasti anda ingat sekali kejahilan-kejahilan masa kecil itu. Lalu ingatkah kita ketika beli permen atau jajanan, lalu sambil berjalan kamu lihat kiri-kananmu tidak ada orang, dan membuang bungkusan itu dengan serampangan lalu melanjutkan perjalanan santai? Mungkin kita lupa, atau pura-pura lupa. Hal kecil menjadi dampak besar, di bawah alam sadar manusia.

Pernah dengar, kalau kata orang tua dulu “apa yang kau tanam, itu yang kau tuai”, hingga kini masih melekat pada diri ini. Namun alam bawah sadar manusia sering melupakan itu. Tidak salah, namun kitalah yang sulit membentuk karakter diri yang bertanggung jawab serta respect terhadap lingkungan. Belum terlambat, karena selama kita masih menumpang di bumi ini, perlahan akan mengerti bahwa kita yang butuh alam, bukan alam yang butuh kita.

Tidak jarang, berita banjir yang sering melanda. Setelah kejadian itu, manusia berfikir lalu insaf karena banjir merugikan manusia. Keindahan pantai yang terus dilestarikan, hanya untuk kepentingan pemandu wisata agar wisatawan nyaman. Sungai yang menjadi tempat rekreasi keluarga, mungkin sebagian berfikir, setelah wisatawan pulang, sampah-sampah itu akan dibuang pada tempatnya. Ternyata tidak ! Sampah itu dibuang mengikuti aliran sungai yang akan bermuara pada lautan. Ini kenyataan yang pernah penulis lihat bersama teman-teman organisasi (tidak perlu sebut tempat). Belum lagi pabrik yang tidak mengolah limbah, taunya hanya membuang, bukan memberdayakan kembali. Dimana tanggung jawab manusia? Lebih miris lagi, Paus mati di Wakatobi pada 2018 lalu, dan ditemukan 5,9 Kg sampah plastik di perutnya. Tentunya sampah itu tidak datang begitu saja, namun karena perbuatan kecil manusia yang berakibat besar. Bayangkan, 0,1 ons dari sampah itu adalah sampah jajanan kita? Na’udzubillah….

Hari Bumi penting untuk mengingatkan manusia akan ancaman nyata yang sedang dihadapi planet ini. Pandemi Covid-19 menunjukan banyak hikmah bagi bumi. Hal ini dikarenakan implikasi Pandemi yang menurunkan bahkan menghentikan aktifitas manusia di luar rumah. Volume sampah juga menurun selama Pandemi. Langit segar dapat dihirup di tengah kota.

Dilansir dari tirto.id, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengklaim bahwa selama Work From Home (WFH), sampah berkurang 620 ton per hari. Meskipun berkurang sedikit, namun ada harapan untuk dapat memulihkan Bumi kembali, khususnya Indonesia Tercinta.
Penerapan 4R : reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (mendaur ulang), dan replace (mengganti), dapat diterapkan dengan baik terutama dalam rumah tangga. Dengan memahami masalah lingkungan, kita akan lebih peka terhadap lingkungan, berkomitmen untuk terus “melayani” Bumi sebagai tempat tinggal kita di dunia.

PULIHKAN INDONESIA
Refleksi hidup penulis,
Hari Bumi Internasional
22 April 2020

Senin, 13 April 2020

PENGEFEKTIFAN SISTEM KULIAH ONLINE DI TENGAH WABAH COVID-19 GUNA MEMPERMUDAH PEMAHAMAN MATERI PERKULIAHAN BAGI MAHASISWA

PENGEFEKTIFAN SISTEM KULIAH ONLINE DI TENGAH WABAH COVID-19  GUNA MEMPERMUDAH  PEMAHAMAN MATERI PERKULIAHAN BAGI MAHASISWA

Perkembangan teknologi informasi, mendorong munculnya berbagai aplikasi teknologi informasi dalam bidang pendidikan, salah satunya adalah pengembangan E-learning. Secara praktis, e-Learning adalah konsep pendidikan yang memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam proses belajar mengajar (hidayati, 2010).

Berkaca pada kondisi saat ini, sistem kuliah online ataupun e-learning adalah suatu keniscayaan  bagi setiap mahasiswa dalam mendapatkan pengajaran dari setiap dosen. Hal tersebut bukan tanpa sebuah alasan, dengan penyebaran virus Covid-19 yang sangat cepat yang pada akhirnya pemerintah harus membuat suatu kebijakan social distancing.

Imbas dari kebijakan tersebut sama-sama kita rasakan, setiap mahasiswa tidak dapat merasakan hangatnya suasana kampus. Kebijakan yang mengharuskan setiap kampus harus meniadakan proses belajar mengajar secara tatap muka dan menggantikannya dengan sistem kuliah online atau e-learning.

Pict. Freepik.com

Namun saat ini implementasi dari sistem kuliah daring yang dilakukan oleh para dosen jauh dari kata efektif. Sistem kuliah online saat ini dirasakan mahasiswa sebagai "sistem tugas online" , hal ini dikarenakan kebanyakan dosen yang hanya memberikan sebuah materi, dan memerintahkan mahasiswa mengerjakan tugas dari setiap materi tersebut baik resume ataupun lainnya. bahkan mahasiswa  terkadang hanya mengisi absen dan langsung diberikan tugas tanpa penjelasan.

Sungguh hal ini sangat merugikan para mahasiswa, dengan uang kuliah yang mahal yang telah dibayarkan kepada pihak kampus. Belum lagi dengan paket data yang harus selalu dimiliki oleh para mahasiswa, bahkan sungguh menyedihkan lagi mahasiswa yang tinggal di daerah pelosok harus dengan sukarela mencari jaringan agar bisa ikut dalam sistem kuliah online ini. Namun sungguh ironi, mereka yang bersusah payah, hanya disuruh mengisi absen dan setelah itu hanya diberi tugas. Lantas Masih kah kita terpaku dengan sistem kuliah online ini?

Di dalam kutipan ayat Alquran surah Ar Ra’d ayat 11 yang maknanya bahwa kita harus melakukan suatu hal untuk mengubah keadaan kita sendiri. Maka untuk memberikan kemudahan pemahaman materi oleh para mahasiwa, diperlukan perubahan dengan membuat formula yang efektif di dalam sistem kulliah online ini.

Namun sebelumnya, untuk menuju sistem yang baik diperlukan penunjang yang baik. Stigma bermunculan di kalangan mahasiswa saat ini dimana digitalisasi belum cukup baik khususnya yang dirasakan mahasiswa di  Universitas Islam Negeri Sumatera Utara , dimana sistem e-learning yang belum dapat digunakan karena mahasiswa tidak mengerti cara penggunaanya hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi ataupun belum di disetujui akun e-learning dari para mahasiswa sendiri. Selain hal tesebut, susahnya jaringan bagi para mahasiswa yang berada dipelosok, terlebih lagi di antara mereka tergolongkan kurang mampu untuk membeli paket internet yang menunjang di daerah tersebut ataupun bahkan mahasiswa yang harus mengalami pemborosan paket internet. Anggapan lain pasti muncul untuk merespon stigma ini, karena bagi mereka bahwa hal tersebut bukan tanggung jawab pihak kampus. Namun harus kita sadari dengan tuntutan harus menggunakan sistem kuliah online yang memerlukan jaringan yang bagus dan pemborosan data internet yang terjadi pada para mahasiswa, maka pihak kampus juga harus membuat suatu kebijkan pemberian kuota gratis dalam hal ini tak terkecuali kampus UIN SU. Pada saat ini sudah ada kampus yang memberi subsidi mahasiswanya terkait kuota internet seperti UMY, jika mereka bisa membuat kebijakan seperti itu maka kampus lain juga seharusnya bisa termasuk kampus UINSU.

Selain persoalan paket internet, muncul persoalaan terkait sistem kuliah online ini, yakni media yang digunakan untuk diskusi online tidak efektif. Saat ini kebanyakan mahasiswa dalam presentasi hanya mengirimkan makalah pada grup chatnya, maka tentunya ini tidak efektif.  Ditambah lagi peran dosen yang terbilang apatis. Maka diperlukan suatu media yang bisa membuat para mahasiswa dengan dosen saling bertatap muka yang nantinya menjadikan perkuliahan menjadi aktif dan para mahasiswa paham akan materi yang disampaikan.

Tidak sampai disitu,  sistem kuliah online saat ini tidak efesien dikarenakan masih ada dosen dalam hal ini kebanyakan telah cukup umur, yang tidak mengajar pada kuliah online. Hal ini terjadi disebakan karena kurang pahamnya dosen yang telah cukup umur terhadap iptek yang pada akhirnya memberikan dampak yang merugikan bagi para mahasiswa. Untuk menindaklanjuti hal tersebut maka perlu diberikan sosialisasi kepada para dosen sehingga mahasiswa tidak merasa dirugikan.

Selain itu yang perlu disoroti yaitu sikap apatis dari dosen. Saat ini terjadi perbuatan dosen yang hanya mengabsen dan memberikan tugas kepada mahasiswa sedangkan mereka dalam hal ini para dosen bersantai-santai dengan keluarganya. Sungguh perbuatan yang dapat dikatakan zalim ini harus segera dihilangkan di dalam kuliah online , karena akibat dari sikap tersebut mahasiswa tidak mendapatkan ilmu secara kompeherensif bahkan tidak paham sama sekali materinya. Maka sangat diperlukan sikap afeksi oleh para dosen sehingga mereka dapat dikatakan sebagai tenaga pendidik.
Mahasiswa haruslah memiliki kemampuan berpikir kritis ataupun kemampuan berbicara dalam menyampaikan pendapat di depan umum. Hal ini tentunya didapatkan dari pembelajaran kuliah dengan tatap muka. Namun dengan kondisi saat ini yang tidak memungkinkan hal tersebut, maka diperlukan langkah cemerlang dalam menimbulkan jiwa mahasiswa pada sistem kuliah online yakni dengan metode yang membuat para mahasiwa semua bisa bertatap muka kepada dosen saat pembelajaran berlangsung sehingga mereka dapat berbicra dan tentunya akan menjadikan kuliah online ini efektif.

Dengan permasalahan yang ada pada sistem kuliah online ini maka dapat disimpulkan bahwa kuliah online hanya dapat berjalan efektif diantaranya dengan penunjang yang baik yakni penyubsidian kuota kepada mahasiswa. Selain itu perlunya sosialisasi  kepada dosen yang telah cukup umur , menghilangkan sikap apatis dari setiap dosen serta juga dengan menggunakan sebuah aplikasi yang membuat mahasiswa dengan dosen saling bertatap muka.

Penulis : Pria Mitra
(Penulis merupakan Cendikiawan Madya Forum Kajian Ilmu Syari'ah, Penulis Terbaik antar Cendikiawan FoKIS Bulan Maret)
Editor : Nur Fadilah

Kamis, 02 April 2020

RESUME KAJIAN FATWA : QAWAIDH FIQHIYYAH DALAM FATWA MUI NO. 14 TAHUN 2020 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH DALAM SITUASI WABAH COVID-19

RESUME KAJIAN FATWA : QAWAIDH FIQHIYYAH DALAM FATWA MUI NO. 14 TAHUN 2020 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH DALAM SITUASI WABAH COVID-19
Oleh : Nur Fadilah

Hukum syar’I ditetapkan setelah melalui proses penggalian dari dalil-dalil hukum (adillat al-ahkam). Dalam penetapan suatu fatwa, sudah tentu harus merujuk kepada dalil-dalil Al-Qur’an, Hadits, kaidah-kaidah fikih dan pendapat ulama. Begitu pula Fatwa MUI Pusat yang merespon persoalan yang sedang dihadapi bangsa ini, yaitu wabah Covid-19 yang berdasarkan penelitian beberapa ahli medis dapat mematikan dan penyebaran yang begitu cepat. Secara metodologis fatwa tersebut telah melalui proses yang sesuai dengan kaidah-kaidah istinbath hukum syar’i. 
Dalam syari’at Islam, dikenal prinsip memelihara lima hal (maqashid asy-syar’iyyah), yakni Hifzh ad-Din (Menjaga Agama), Hifzh an-Nafs (Menjaga Jiwa), Hifzh al-‘Aql (Menjaga Akal), Hifzh an-Nasb (Menjaga Keturunan), dan yang terakhir Hifzh al-Maal (Menjaga Harta). Maka hukum yang telah ditetapkan tidak terlepas dari salah satunya.
Ada 6 kaidah yang digunakan ulama MUI dalam Fatwa ini, salah satunya لا ضَرَرَ ولا ضِرارَ  yang artinya “Tidak boleh membahayakan diri dan membahayakan orang lain”.
Baiklah, berikut pertanyaan-pertanyaan audiens yang menjadi pembahasan dalam kajian fatwa ini dan dijawab langsung oleh pemateri Ust.Dr.Imam Yazid,MA.

[29/3 20:39] Moderator: Pertanyaan Pertama : Malika ali
Fatwa MUI no 14 tahun 2020 klasifikasinya yang wajib untuk mengikuti kira kira siapa dana daerah yang seperti apa ya ustadz? Kalau wilayah yang angka kasus Corona nya rendah apakah wajib mengikuti fatwa ini ustadz?

[29/3 20:45] Ust Imam Yazid : Jawaban
MUI tidak punya perangkat penegakan hukum. Oleh karena itu di rekomendasi fatwa tersebut menghimbau kepada pemerintah untuk melakukan tindakan antisipatif. Untuk menghindari keraguan khususnya masyarakat muslim maka di dalam rekomendasinya difatwakan tentang wajibnya umat Islam mendukung dan menaati kebijakan pemerintah.
Untuk wilayah yang kasusnya rendah tidak ada yang bertentangan dengan fatwa MUI ini. Dikatakan di fatwa itu jika suatu wilayah yang rendah potensi penyebaran virus tersebut maka tetap melaksanakan kewajiban sebagaimana keadaan normal.

[29/3 20:39] Moderator: Pertanyaan kedua : Sulaina, asal dari Medan Tembung. 
Terimakasih sudah memberi kesempatan kepada saya untuk bertanya, 
Pertanyaan saya,  dengan statement pengantar yg sudah dikirimkan oleh ustadz kita tadi, bahwa sudah jelas adanya fatwa tersebut berdiri. Jadi pertanyaan saya walau fatwa itu sudah dinaikkan, bagaimana jika kita masih tetap menjalankan shalat berjama'ah di dalam masjid,  dengan alasan meyakini bahwa tidak akan datangnya wabah tersebut menimpa mereka?,  apakah masih diperbolehkan kita melakukan hal tersebut walaupun sudah ada fatwa yg menegaskan akan perihal tersebut? 
Mohon penjelasannya ustadz...  
Terimakasih 

[29/3 20:55] Ust Imam Yazid: Jawaban 
Fatwa itu membolehkan shalat berjamaah di masjid dengan ketentuan-ketentuan yang telah jelas, seperti:
memastikan diri sendiri dalam keadaan sehat
bukan berada di wilayah yang potensi penularan covid-19 tinggi
meminimalisir kontak fisik, seperti bersalaman, berpelukan, cium tangan.
Dianjurkan untuk membawa sajadah sendiri, dan sering membasuh tangan dengan sabun

Untuk memastikan wilayah tersebut berstatus darurat atau siaga adalah pihak yang berkompeten. Jadi bukan berdasarkan keyakinan dari perasaan sendiri. Apalagi meyakini bahwa wabah tersebut tidak akan menimpa mereka. Keyakinan ini tentu sangat tidak berdasar. Karena telah terbukti berdasarkan data bahwa yang terkena wabah adalah orang yang shalat dan yang tidak shalat, yang berwudhu’ dan tidak berwudhu’, yang taat atau ahli maksiat. Data-data telah menunjukkan bukti wabah ini bisa menimpa siapa saja.
Jika menurut pengamatan pemerintah rumah ibadah harus dikunci, maka umat Islam wajib menaatinya. Ini tidak bertentangan dengan syariat, sebagaimana bisa didapatkan dalil-dalilnya dalam fatwa MUI ini.

[29/3 20:39] Moderator: Pertanyaan ketiga dari Lia Hamida asal Riau 
Jadi yg ingin saya tanyakan seperti yg ad di dalam fatwa tersebut di ketentuan hukum no 3 bahwasanya kita agar menghindari tmpat ramai atau kerumunan agar terhindar dri virus ini nah lalu bagaimana dengan org2 yg masih berjualan dpinggir jlan misal dn go food kalau lah mereka hanya dirumah saja bukankah ekonomi mereka akan terancam ?

[29/3 21:06] Ust Imam Yazid: Jawaban
Setiap kebijakan harus memperhatikan aspek maslahat dan mafsadatnya. Jika kebijakan datang dari pemerintah maka rakyat harus menaati. Taat pada pemerintah hukumnya wajib.
Terkait kebijakan ini akan mendatang mudarat lain (seperti yang ditanyakan tentang pekerjaan go food dan lainnya), ada suatu kaidah fikih yang berbunyi:
 “Jika bertentangan dua mafsadah (kerusakan) maka dipertimbangkan yang paling besar mafsadahnya yaitu dengan melaksanakan yang lebih ringan mafsadahnya”
Penjelasannya begini, virus mematikan yang menyebar adalah mafsadah, dan susah ekonomi akibat lockdown adalah mafsadah. Dari dua mafsadah ini, mafsadah pertama lebih besar. Maka itulah yang lebih layak dihindari.

[29/3 21:22] Moderator: Pertanyaan Keempat: Fadhilah dari Medan.
Yg terhormat, ustadzuna yg hari ini telah menyampaikan materi.
Ustadz, saya ingin bertanya. Mengenai aturan Shaf berjamaah saat ada wabah covid-19 ini. Dalam fatwa, tidam ada disebutkan tata cara shaf dan hukum bolehnya shaf berjarak hingga 1 meter saat sholat berjamaah. 
Yg ingin saya tanyakan. Dalil dan kaidah apa yg digunakan atas kebolehan ini, ustadz?

[29/3 21:23] Ust Imam Yazid: Jawaban
Kerapatan shaf bukan syarat sah shalat berjamaah. Hukum merapatkan shaf adalah sunah. Jika dikerjakan maka akan mendapatkan  pahala, jika tidak dikerjakan maka tidak membatalkan shalat berjamaah.
Jika ada uzur dalam melaksanakan yang sunah maka dibolehkan meninggalkannya. Terlebih lagi dalam rangka upaya pencegahan penyebaran wabah, maka merenggangkan shaf masih dalam koridor tujuan syariat, yaitu memelihara jiwa.

[29/3 21:22] Moderator: Pertanyaan kelima : Heri Andi (Siantar)
Izin bertanya :
Telah kita ketahui Tenaga medis memakai baju itu di batasi dengan waktu selama berjam-jam.
Sehingga dengan itu agak susah (Repot) membuka alat medisnya untuk sholat.
Jadi, Telah kita Temui di dalam media sosial bahwa Kiyai Ma'ruf Amin dengan ini menyarankan MUI untuk berfatwa Shalat tanpa Wudhu' dan Tayammum. Di dalam Kitab Fiqih ada yang di namakan :
صلاة فلقد الطهورين
Apakah bisa di Qiyas kan Masalah tentang tenaga medis tersebut dengan kasus Sholat Faqidhu At-Thohuroini?
Dan bagaimana Pandangan Aimmah Al-Madzaahib Arba'ah Tentang Kasus tersebut?
Terima kasih 

[29/3 21:35] Ust Imam Yazid: Jawaban
Beragama itu mudah. Allah memberikan kemudahan dalam setiap kesulitan. Dalam kondisi yang tidak normal, yang uzurnya telah pasti, maka berthaharah itu sesuai dengan kemampuannya. Jika tidak bisa berwudhu maka bertayammum. Jika tidak bisa bertayammum maka menurut mazhab Syafi’I tetap wajib melaksanakan shalat tanpa thaharah. Nama shalatnya lihurmatil waqti (untuk menghormati waktu). Betul, aturan shalat itu dikarenakan faqid ath-thahurain. Pelaksanaan shalat tersebut dapat dilakukan tanpa thaharah.
Apakah bisa diqiyaskan kepada tenaga medis yang berpakaian khusus dan menyulitkan baginya untuk membuka pakaian itu? Jawabannya ya. Bisa diqiyaskan karena kesulitan untuk bersuci meski ada alat bersucinya dapat dimasukkan ke dalam makna ketiadaan alat bersuci.

[29/3 21:22] Moderator: Pertanyaan keenam :  Muhammad abidin
Saya meyakini para ulama kita yang mumpuni dalam qawaid ushuliyah - qawaid fiqhiyah dan maqashid as-syariah itu paham benar akan kaidah masalahah - mafsadah; azimah - rukhsah, taklifi - wadh’i; sadd dzari’ah dan konsep kunci lainnya. Perbedaannya adalah pada aplikasi kaidah dan pemahaman tentang persoalan atau kasus yang dihadapi.
Soal corona. Sebagian pihak menggunakan kaidah di bawah ini:
‎“Kemaslahatan yang nyata wajib didahulukan dari pada mafsadah yang belum nyata”
Para ulama kita yang alim dan mumpuni itu beranggapan kemaslahatan shalat jumat dan berjamaah di masjid itu sudah nyata, sementara mafsadah (kerusakan) akibat corona itu belum nyata. Kaidahnya benar. Namun aplikasinya belum tentu benar. Timbul pertanyaan:
Pertanyaan !
1. Benarkah mafsadah corona itu belum nyata?
2. Siapa yang berhak menentukan status mafsadah corona tersebut?

 [29/3 21:47] Ust Imam Yazid: Jawaban
1. Mafsadah corona itu adalah nyata berdasarkan zhan (dugaan yang kuat) penelitian dan pengamatan ahli di bidang ini. Data peningkatan penderita yang naik tiap hari adalah bukti mafsadahnya nyata. Begitu juga data penderita yang meninggal wabah ini adalah bukti nyata mafsadah covid-19
2. Untuk skala internasional ada lembaga kesehatan dunia, yaitu WHO yang menetapkan bahayanya virus ini. Pemerintah setelah mendengarkan ahli-ahli kesehatan menyimpulkan virus ini memang berbahaya, lalu ditetapkan status pandemik di Indonesia. Memang kita temukan beberapa opini tentang virus ini. Bagi rakyat hendaknya berpedoman kepada keputusan pemerintah, karena ada kaidah (Keputusan hakim/penguasa wajib ditaati dan menghapus perbedaan pendapat)

[29/3 22:00] Moderator: Pertanyaan Ketujuh : IMAM FAHMI, saya mahasiswa UIN SUSKA RIAU jurusan hukum tata negara smester 6.
ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH... Yang terhormat, yang mulia Alustad'almukarrom DR.IMAM YAZID MA, mudah2 ustad dan keluarga slalu dalam lindungan ALLAH SWT dan slalu diberikan kesehatan, Aamiin allahuma aamiin..  Terimaksih sebelumnya kpada moderator yang telah mengizinkan untuk bertanya , Nama saya, asal daerah asli sumut, langkat.  Izin bertanya ustad.. Jadi begini ustad...  Saya melihat dan saya mendengar beberapa ulama yang menyikapi wabah covid-19(virus corona).  Ada salah satu ulama Indonesia asal sumbar.. yang sudah tidak asing lagi dan bnyak orang2 yg telah melihat dan menonton YT beliau, yakni al mukarrom al ustad H. Zulkifli M. ALi,  ada ceramah beliau yang mengatakan bahwa virus corona ini adalah proyek Cina, dan beliau mengatakan ini jugak proyek dajjal untuk memusnahkan populasi manusia, dan data itu didapat oleh ust zulkifli dari seseorang dokter muslim yang meruqiyah seeorang wanita yg terkena virus corona,  dan ust zulkifli pun mengatakan bahwa kalau seandainya umroh/haji ditiadakan di tahun ini..  Maka tidak lama lagi dunia ini akan masuk fase lampu merah artinya tanda-tanda kiamat sudah jelas(Mengutip Hadits RASULULLAH SAW). Pertanyaan saya ustad..   Bagaimana kita sebagai umat islam memandang ini ustad..?   Banyak orang tua yang rajin ke mesjid mengatakan "ngapain takut korona, Takutlah kepada ALLAH SWT". Bagaimana sikap kita terhadap mereka orang tua yg rajin ke masjid itu stad.. Sudah di jelaskan dgn lembut..  Tak mungkinlah kita bentak kn stad..  Dan orang tua itu pun sudah tau surat keputusan MUI itu ustad..  ?  Trimakasih ustad. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...

[29/3 22:15] Ust Imam Yazid: Jawaban
1. Setiap fenomena pasti menghadirkan aneka komentator. Ini udah tak asing lagi, terlebih saat ini siapapun bisa bicara dan dibaca orang banyak karena teknologi mendukung untuk itu. Maka ini tantangan kita untuk selektif dalam menerima berita, opini, pendapat. Seleksi seperti ini sudah dilakukan oleh ulama terdahulu sehingga ada ilmu al-jarh wa at-ta’dil, sebagai salah satu alat dari ulumul hadis. Menurut saya, cukuplah bagi kita mengikuti pendapat ulama-ulama besar (kibar al-ulama) tentang covid-19. Adapun opini pribadi sebaiknya tidak dijadikan hujjah karena tingkat kepastian benarnya lebih kecil. Wallahu a’lam.
2. “Ngapain takut corona, takutlah kepada Allah?” Saya yakin yang ngomong itu banyak takut kepada makhluk. Bohong kalau dia tidak takut masuk ke sarang ular, kandang harimau. Coba tanyakan dia berani atau gak nyemplungin anaknya ke sungai? Kalau gak berani kenapa? Pasti karena tidak menyukainya kan? Nah… kita takut kepada makhluk itu karena tidak menyukainya maka kita menjauh. Berbeda sekali dengan takut kepada Allah yang bukan karena tidak menyukainya. Jadi takut kepada makhluk itu tabiat manusia yang tak dapat disamakan dengan takut kepada Allah. Takut yang merusak akidah itu misalnya kita takut dengan keris yang jika tak dimandikan maka akan menggangu kelancaran rezeki. Jadi takut seperti itu yang bisa dikomparasikan dengan takut kepada Allah. Silahkan cerna dengan mengulang-ulangi penjelasan ini lagi ya.
3. Jelaskan bahwa Islam melarang manusia untuk membuat dirinya dalam bahaya dan melarang membuat bahaya bagi orang lain. Kita tidak mengetahui siapa diantara kita yang sudah terkena covid-19. Orang yang terkena virus itu tidak langsung sakit. Dia masih bisa beraktivitas sebagaimana biasanya selama beberapa hari sampai virus itu berkembang di tubuhnya. Dalam rangka itulah hendaknya mengikuti sabda Nabi, “Jangan membahayakan diri sendiri dan jangan membahayakan orang lain”
Ini wajib. Jika dilaksanakan berpahala. Jika tidak dilaksanakan akan berdosa. Bayangkan akibat kedegilannya dia tetap ngotot ke masjid dan menyebabkan tersebarnya penyakit ke orang lain. Itu zalim namanya. Jadi ulama itu berpendapat berdasarkan dalil-dalil yang banyak dan pertimbangan maslahat umat/orang banyak. Berbeda dengan oknum itu yang hanya mikir kesalehan pribadinya tanpa peduli kesalehan itu dapat merugikan orang lain atau tidak. Itulah bedanya ulama. Maka kita pun mengikut ulama. Bukan pendapat-pendapat yang tak dapat dipegang kebenarannya. Wallahu a’lam

[29/3 21:22] Moderator : Pertanyaan Kedelapan : M. Fajri Hidayatullah,
Assalamualaikum ustadz , nama saya M. Fajri Hidayatullah, saya dari medan (UINSU), setiap orang berbeda jenis pekerjaannya tidak semua sama, sebagian ada orang yang bekerja diluar rumah untuk mencari nafkah, tidak keluar rumah pun serba salah, dan keluar rumah pun menjadi serba salah juga, sama2 menyebabkan kematian, jadi yang saya tanya kan disini ustaz apakah ada kebijakan pemerintah untuk mengasikan rakyat kecil? Bercermin dari negara tetangga, pemerintah mereka membantu rakyatnya yang tidak mampu.

 [29/3 22:20] Ust Imam Yazid: Jawaban 
Secara teoretis, harusnya negara menjadi bagian dari problem solver sesuai dengan kapasitasnya. Pertanyaan ini lebih dominan aspek politik/siyasah. Saya pikir ini bukan kapasitas saya menjawabnya. Maka saya mencukupkan jawabannya secara normatif sebagaimana di awal narasi jawaban ini.

Jumat, 06 Maret 2020

Munajat di Bulan Rajab

Munajat di Bulan Rajab


Segala puji bagi Allah yang masih memberikan kita nikmat iman, nikmat Islam, nikmat kesehatan serta kesempatan, sehingga kita masih bisa melakukan rutinitas sehari-hari. Selawat dan salam kita hadiahkan kepada junjungan Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam, semoga kita mendapatkan syafa’atnya di yaumul akhir kelak. Aamiin yaa Rabbal Alamiin.

Tidak terasa, sebagian umat Islam telah merasakan kebahagiaan dengan akan datangnya kembali bulan suci Ramadan. Hal ini mengembalikan girah kita kembali dalam beribadah kepada Allah subhanahu wa taala. Bulan yang telah tiba saat ini sebelum memasuki bulan Ramadan ialah bulan Rajab. Tentu, Rajab memiliki keutamaan-keutamaan yang mulia dan rahasia dibalik bulan mulia ini.

Pict. NU Online


• Rajab is Syahrul Haram

Rajab adalah bulan ketujuh dalam kalender Islam, merupakan salah satu bulan haram (asyhurul hurum) dari 4 (empat) bulan haram. Allah subhanahu wa taala berfirman, 
“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.” (Terjemahan.Q.S.At-Taubah/9:36).

Keempat bulan tersebut dijelaskan dalam hadits Nabi sallallahu alaihi wasallam “… Tahun terdiri atas dua belas bulan dengan empat bulan haram. Tiga di antaranya berurutan Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram dan Rajab bulan Mudhar (suku) yang berada di antara Jumada dan Sya’ban.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Haram bukan berarti dikerjakan berdosa dan ditinggalkan berpahala. Haram disini diartikan sebagai “suci”, sebagaimana juga disematkan pada masjidil haram yang merupakan masjid yang dipandang tersuci bagi umat Islam, sehingga apabila sholat di dalamnya akan dilipatgandakan pahalanya sebanyak sepuluh ribu kali lipat dari masjid-masjid biasanya.

Maka ketika ketaatan dilakukan pada bulan-bulan mulia, maka ganjarannya pun lebih dari bulan-bulan biasanya. Dan sebaliknya ketika kemaksiatan dilakukan pada bulan mulia, maka dosanya tidak sama dengan dosa-dosa pada bulan biasanya, malah lebih berat. Inilah substansi bulan haram yang mulia.

• Rajab is Syahrul Istigfar

Beribadah di bulan Rajab memiliki ganjaran yang sangat besar, terutama dengan berpuasa, beristigfar dan bertaubat dari dosa-dosa. Rajab merupakan bulannya Allah, maka dianjurkan untuk memperbanyak istighfar dan bertaqarrub kepada Allah swt. Imam Jalaluddin As Suyuthi juga menjelaskan dalam kitabnya Al-Jami’ Ash-Shagir, Rasulullah sallahu alaihi wasallam pernah bersabda, “Sesungguhnya Rajab adalah bulan Allah, Syakban adalah bulanku, sedangkan Ramadan adalah bulan umatku.”

Dengan memasuki bulan Rajab, maka saat-saat kedatangan bulan Ramadan semakin dekat. Agar nantinya kita dapat memanfaatkan bulan suci itu dengan sebaik-baiknya  dengan memperbanyak ibadah, persiapan mesti dilakukan sejak jauh-jauh hari sebelumnya, khususnya ketika memasuki bulan Rajab. Salah satunya dengan menyucikan diri memperbanyak sayyidul istigfar, bermunajat memohon ampun kepada Allah, karena manusia tempat dosa berpangku tangan.

• Waktu Mustajab

Dalam kitab Imam Baihaqi yang mengutip dalam Kitab Al-Umm karangan Imam Asy-Syafi’i, beliau mengatakan bahwa doa itu dikabulkan dalam 5 (lima) malam, yaitu malam Jum’at, malam ‘Idul Adha, malam ‘Idul Fitri, malam pertama bulan Rajab, dan malam Nisfu Syakban.

Di antara doa yang sangat baik untuk kita amalkan sepanjang bulan Rajab adalah doa singkat berikut:
“Allahumma baarik lanaa fii Rajab wa Sya’ban wa ballighnaa Ramadhaan (Ya Allah, berilah keberkahan kepada kami di bulan Rajab dan Syakban dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadan)”

Adapun ulama menganjurkan untuk berdoa setiap pagi dan sore di bulan Rajab sebanyak 70 kali, yaitu Rabbighfirli warhamni watub ‘alayya (Ya Tuhanku, ampunilah aku, kasihilah aku dan terima taubatku).

Menjadikan lisan basah dengan doa-doa dan istighfar adalah ciri mukmin yang sejati. Hatinya terbiasa dengan mengingat Allah, lisannya terbiasa dengan melafazhkan kalimat-kalimat tayibah dan pikirannya terbiasa tenang dan tentram disebabkan Allah selalu bersamanya.

• Perbanyak Puasa

Rasulullah saw. memperbanyak puasa di bulan haram, karena memiliki keutamaan yang besar. Menurut Imam Nawawi, hukum puasa di bulan Rajab adalah Sunnah. Tidak ada larangan untuk berpuasa di bulan ini, tetapi dianjurkan berpuasa di bulan-bulan haram, termasuk Rajab.

Diriwayatkan dari Abu Qilabah, seorang pembesar Tabi’in, beliau berkata, “Di surga terdapat sebuah istana yang diperuntukkan bagi orang-orang yang puasa di bulan rajab”. Perihal Abu Qilabah, Imam Baihaqi berkata, “beliau adalah pembesar Tabi’in, tidaklah beliau menyampaikan sesuatu kecuali karena mendengar generasi di atasnya (pada sahabat)”.

Maka dari itu tersebutlah beberapa ulama salaf yang melakukan puasa Rajab sebulan penuh di antaranya adalah Imam Abdullah bin Umar, Hasan al Bashri, Abu Ishaq as Sabi’iy, dan lainnya. Namun, Imam Hambali dan Yahya bin Sa’id Al Anshori tidak berpuasa sebulan penuh, melainkan tidak puasa satu atau dua hari di bulan Rajab.

Bagi kalangan perempuan, mendekati Ramadan menjadi alarm tersendiri untuk menunaikan puasa yang telah ditinggal sebelumnya. Mengqada puasa adalah wajib, maka bersegeralah untuk menunaikannya sebelum Ramadan berikutnya tiba.

• Peristiwa Besar diwajibkannya 5 Sholat Fardhu

Di antara peristiwa penting yang terjadi dalam bulan Rajab ialah peristiwa Isra Mikraj Nabi Muhammad sallahu alaihi wasallam yang terjadi pada 27 Rajab. Pada peristiwa ini, Rasulullah sallahu alaihi wasallam melakukan perjalanan di malam hari dari Mekkah ke Baitul Maqdis, Palestine hingga langit ketujuh atau disebut Sidratul Muntaha. Peristiwa ini terjadi pada tahun kedelapan kenabian Rasulullah sallahu alaihi wasallam. Saat di langit ketujuh, Nabi Muhammad sallahu alaihi wasallam menerima perintah salat pertama kali yakni 50 waktu. Nabi Muhammad  sallahu alaihi wasallam menerimanya dan kembali. Namun saat kembali, Rasulullah sallahu alaihi wasallam bertemu dengan nabi-nabi lainnya dan meminta keringanan dan memperhatikan keadaan umat. Akhirnya Rasulullah sallahu alaihi wasallam meminta keringanan perintah shalat menjadi 5 waktu dalam sehari.

Andaikan saat itu waktu solat tetap 50 dan tidak ada keringanan. Akankah kita sanggup melakukannya? Bahkan shalat 5 waktu pun masih banyak absennya. Allahu a’lam. Peristiwa ini menjadi hikmah dan teguran untuk umat yang masih terlena dalam kehidupan dunia yang fana ini.

Raih keutamaan-keutamaan Rajab selama masih memiliki kesempatan dan peluang yang sama. Meninggalkannya adalah suatu hal yang rugi. Maka segeralah bermunajat untuk meraih ampunan dan rida-Nya.

Medan, 12 Rajab 1441H
Tulisan dimuat dalam Buletin Addin Edisi 298 LPM Dinamika UIN SU

Sabtu, 22 Februari 2020

SATU PEKAN MENUJU LAUNCHING KOMAR LEARNING CENTER “Sudah seberapa besar perjuangan itu?”

SATU PEKAN MENUJU LAUNCHING
KOMAR LEARNING CENTER
“Sudah seberapa besar perjuangan itu?”

Anak muda adalah anak harapan bangsa. Begitu katanya. Sebutan “Millenial” sangat gencar terdengar akhir-akhir ini. Semenjak para influencer menggaung-gaungkan bahwa “Indonesia butuh anak muda”. Indonesia butuh anak muda yang rebahan secukupnya, berjuang selelahnya (Najwa Shihab). 

Siapa bilang anak muda zaman now tidak peduli dengan perubahan negaranya? Tidak sedikit anak muda yang berani maju untuk tampil menyuarakan haknya, tidak sedikit anak muda yang duduk nongkrong di warung kopi, namun pembahasannya melejit sangat menguras pikiran untuk perubahan masa depan, dan tidak sedikit pula anak muda berkecimpung dalam dunia nyata dari segala aspek, baik pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, bahkan sudah duduk di bangku pemerintahan. Bersyukurlah, anak muda itu adalah kamu.

Mengingat kembali pendidikan yang tiada henti untuk dioptimalisasi, masalah yang terus dihadapi tentang perkembangan pendidikan di Indonesia membuat tergeraknya jiwa untuk ikut terlibat dan melakukan dobrakan baru. Hal ini dapat kita rasakan saat berkunjung di salah satu  TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Kota Medan, yaitu TPA Terjun Marelan. Salah satu TPA yang memiliki rumah pintar untuk anak-anak bahkan orang dewasa yang putus sekolah. Dengan sistem pengambilan paket C, rumah pintar menjadi solusi dalam mengeluarkan ijazah untuk keperluan kerja maupun kelulusan dalam pendidikan formal. 

Namun, pendidikan tidak hanya sebatas “ijazah”. Masyarakat sekitar umumnya bekerja sebagai pemulung, begitu juga anak-anak disana lebih memilih mendapatkan uang untuk bisa sekolah. Padahal, pendidikan juga mengajarkan agar kita memiliki skill yang mampu mendorong perkembangan pendidikan itu sendiri.

Beranjak dari masalah tersebut, Komunitas Arrahman (Komar) yang terdiri dari pemuda-pemudi Kota Medan dan sekitarnya tergerak untuk dapat membantu kemajuan pendidikan dengan pelatihan skill untuk anak dan wawasan luas demi cita-cita yang diimpikan. Melalui Komar Learning Center (KLC) , program akan fokus dalam kegiatan belajar-mengajar yang kreatif, inovatif dan inspiratif dalam jangka waktu 6 bulan sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) yang ke-4 yaitu Pendidikan Berkualitas.

Survei Lokasi KLC di Rumah Pintar TPA Terjun Marelan

Seminggu sebelum Launching KLC, para relawan mengikuti Training for Trainee pada Sabtu, 22 Februari 2020 di VIP Room Mie Ayam H.Mahmud. Dalam kesempatan ini, relawan dibekali dengan konsep dasar volunteer mencakup leadership yang dibawakan oleh Ketua Komar, M. Al Haris Shihab dan Volunteerism and Development of Motivation for Children yang dibawakan oleh Kak Rizky Nasution, salah satu tokoh muda inspiratif Anak Medan. Wow seru banget pastinya.

ToT KLC di VIP Room Mie Ayam Jamur Mahmud
Pembekalan dasar leadership mengajarkan kita agar senantiasa memiliki Akhlak dan Taqwa terlebih dahulu. Karena ketika seseorang diberi amanah, maka pertanggungjawaban selalu menjadi tagihannya. Tak luput pula, seorang leader harus cerdas dalam Emosional dan Intelektual. Tentu ini menjadi tolak ukur keberhasilan pemimpin dong yaa.

Dalam ToT kali ini, kak Rizky juga mengingatkan dalam pesannya, “ Sering kali Relawan diartikan dalam kacamata lahiriah saja yaitu seseorang yang rela berbagi waktu, tenaga, pikiran bahkan harta benda. Relawan seringkali LUPA dalam rela berbagi bathiniyahnya." 
Membahas tentang bathiniyah, terdapat beberapa sikap dan rasa yang juga harus dimiliki seorang relawan, berikut ulasannya.

Pertama, rasa KEPEMILIKAN. Tentu rasa ini menjadi bagian terpenting untuk seorang relawan. Hindari segala macam yang berbau “kepentingan” karena ini dapat merusak dunia kerelawananmu.

Kedua, ikatan SILATURRAHIM. Pada tahap selanjutnya, hubungan akan semakin erat ketika dapat menjaga persaudaraan, apalagi sudah mendedikasikan diri sejak awal bergabung karena memiliki visi dan misi yang sama. Jangan sampai konflik pribadi menjadi konflik sebuah komunitas, tentu akan mengganggu perkembangan komunitas itu sendiri.

Ketiga, rasa EMPATI. Tidak perlu dihiraukan lagi, seseorang tergabung menjadi relawan sebab karena empatinya yang tinggi. Namun rasa ini mesti dijaga seperti rasa kita (ehhh) agar tidak timbul yang namanya PERHITUNGAN.

Keempat, mungkin sudah terjawab semua ya bathiniyahnya. Namun ada yang lebih urgent lagi sebagai pelengkapnya nih. IDE. Seringkali ide seorang teman menjadi SAMPAH baginya, dan merasa idenya lebih baik. Padahal, tidak ada IDE yang SALAH. Karakter ini juga ditanamkan kak Rizky bahwa “Tidak ada ide yang salah. Yang salah itu tidak memberi ide”. Suatu kelompok akan maju dan berkembang ketika ide-ide itu muncul dari anggotanya meskipun ide itu sama sekali belum pernah didengar. Jangan takut untuk mencobanya, karena Penyakit anak muda sekarang, malu dan minder menuangkan ide karena khawatir hanya menjadi “SAMPAH”. Ia lupa bahwa idenya itu dapat menjadi “MUTIARA” ketika terealisasi dengan baik.
Kepekaan terhadap apapun yang terjadi, haruslah dimiliki oleh anak muda. Karena dimulai dari kepekaanlah, hatinya tergerak untuk melakukan perubahan.

Mohon doanya agar usaha demi usaha dapat berjalan dengan baik dan lancer. Manusia hanya bisa berencana namun Allah yang menentukan. Tawakkal lah setelah ikhtiarmu telah sempurna.

KOMAR #CerdasdanMencerdaskan
Salam Penulis,
Nuurfadhiilah

Warisan Seliu

  WARISAN SELIU “Bukan tentang pantainya, namun tentang permata yang tersimpan menjadi warisan” – Nur Fadilah Alink berkumpul dengan ria di ...